Penulis
:
MUHAMMAD SU’UD
PEMRED BERITA
DESA | WARTAWAN
TANTANGAN BARU MEMBANGUN DESA
Sebelum saya
menulis lebih jauh tentang peran pemimpin desa dalam meningkatkakan pembangunan
segala bidang, serta membangun sebuah
kelurahan atau pedesaan yang prospektif dengan judul "Tantangan Baru Membangun Desa" , terlebih dahulu saya haturkan puji syukur
kepada Allah SWT, karena dari sini penulis di beri kepercayaan mengelola media
yang menjembatani informasi pemerintah daerah, khususnya masyarakat desa.
Tak lupa dari hati yang paling dalam, saya selaku pemimpin redaksi dan wartawan
ini mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada pemimpin desa dan calon
pelanggan "Berita Desa" yang tidak segan - segan memberikan informasi
baik itu berupa saran maupun kritikan yang bersifat membangun.
Yang membuat tergugah hati adalah
sebagian besar dari mereka sangat responsif menerima kehadiran saya dalam
menggali informasi tentang sebuah pembangunan pedesaan. Artinya apa? Artinya bahwa baik pemimpin desa maupun warga,
sangat berharap kehadiran media yang
bisa menghadirkan informasi padat dengan penulisan yang obyektif sehingga media
ini bukan hanya sebagai kontrol tetapi bagian dari peran aktif semua elemen
warga dalam upaya membangun desa, bukan hal yang mudah tentunya. Namun demikian, saya tidak menyerah sebagai warga desa saya
justru merasa tertantang untuk ikut melibatkan diri dalam upaya
membangun desa yang kondusif.
Pertama, pembanguan desa itu akan berjalan seperti yang kita harapkan bila yang
dibangun itu melibatkan peran aktif
seluruh elemen masyarakat.
Kedua, pentingnya transparansi penggunaan
dana anggaran desa sangat diperlukan
karena apa ? Karena dengan keterbukaan masyarakat akan tahu dan tidak berburuk
sangka terhadap struktur pemerintahan desa, sehingga nuansa "Guyub
Rukun" tercipta yang bertujuan untuk kerukunan dan kemakmuran warganya.
ketiga, yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa pembangunan tidak hanya
sekedar fisik saja, tetapi pembangunan
mental manusianya juga harus mulai diterapkan, penulis sangat setuju dengan
pencanangan pemerintahan baru yang mengusung perbaikan mental bangsa dengan cara pembenahan "Revolusi Mental".
Katiga faktor tersebut menurut saya adalah kunci dari suksesnya pembangunan
desa,
Pemegang kuncinya adalah pemimpin desa yang amanah dan memiliki integritas yang
tidak di ragukan lagi. Tidak gampang memang, tapi tidak ada salahnya bila kunci
itu dicoba untuk membuka pintu ke jalan kesejahteraan dan kemakmuran warga
desa.
Kekuatan “Gethuk Tular” Di Era Global
'gethuk tular' adalah sebuah Komunikasi yang memiliki efek
luar biasa, lambat tapi pasti, tentu
saja dalam penulisan ini masih dalan konteks komunikasi di wilayah pedesaan,
tidak lebih dari itu.Masih segar dalam ingatan saya, ketika perjalanan keluar kota, karena
perut sudah lapar,saya ingin mampir ke depot yang ada di pinggiran jalan, namun
saya di sarankan oleh Denny sahabat saya, agar makan di tempat yang pernah ia
kunjungi sebelumnya.
Tidak lama kemudian kami sudah di lokasi tempat makan yang lebih cocok
disebut warung. Tempatnya tidak representatif, untuk masuk ke tempat ini harus
memasuki gang sempit yang hanya bisa dilewati pejalan kaki dan pengguna sepeda
motor.
Di warung ini hanya tersedia kursi panjang terbuat dari kayu yang
diletakkan didalam dan diluar warung, tidak ada tulisan atau apapun yang
menandakakan bahwa disini adalah tempat rumah makan. Berbeda dengan depot yang dipinggiran jalan tadi yang
diatasnya terdapat papan promosi besar
bertuliskan "enak lezat murah" dan lain sebagainya. Setelah saya
menikmati dengan lahap Rawon khas warung ini, rasanya memang luar biasa lezat,
saya berfikir pantas orang rela antri menikmati makanan disini karena rasanya
yang khas serta berbeda dengan yang lain. Yang lebih mencengangkan lagi ternyata
berderet mobil parkir di mulut gang yang saya temui tadi pemilik kendaraan
tersebut makannya di warung yang terpencil ini.
Lantas bagaimana dengan rumah makan yang letaknya strategis dengan
promosi yang menarik orang melintas itu, apakah rasa yang di sajikan sama
lezatnya dengan yang di promosikan?Menurut saya, rasa yang disajikan bisa seperti yang di promosikan bias
jadi tidak, bila memang kwalitas rasa sesuai dengan taste lidah pengunjungnya
pastinya akan dengan cepat memiliki pelanggan yang banyak namun bila kualitas
rasa tidak seperti yang di promosikan lambat laun restauran yang tempatnya
bagus sekalipun akan ditinggal oleh para pengunjungnya, akhirnya restoran
tersebut hanya mengandalkan pengunjung baru yang sebelumnya tidak pernah makan
ditempat itu.
Dari cerita diatas dapat disimpulkan,
komunikasi verbal dari mulut kemulut
masih memegang peranan penting dalam upayanya mempengaruhi orang untuk
mencoba sesuatu yang belum pernah ia tahu sebelumnya. Seperti Denny yang
mempengaruhi saya mencoba makanan di warung terpencil tadi, bahkan saya selalu
menceritakan keteman-teman bahwa ada makanan enak di desa arah kota Jombang.
Akhirnya apa? Komunikasi
tersebut menular seperti virus yang sedang mewabah (Gethuk tular)Dampak gethuk tular ada dua
pertama, lambat namun pasti berdampak positif. Contohnya warung yang terpencil
itu lambat laun akan terkenal karena dengan rasa khasnnya.Kedua, berdampak negatif kalau kwalitas rasanya kurang lezat tak
seperti yang di promosikan perlahan-lahan
pengunjung tidak akan balik lagi untuk kedua kalinya. bahkan dia akan
menularkan "black champain" agar orang jangan beli disitu.
Pengalaman tentang "rasa" tersebut diatas bila saya
analogikan dengan para pemimpin katakanlah pemimpin level desa, dari mulai
camat, lurah, rt/rw, adalah sama yaitu ,Rasa yang akan di nikmati warga
tersebut merupakan bukti nyata atas apa yang di retorika pemimpinnya. Karena di
era global ini masyarakat sudah mulai cerdas dalam menilai kwalitas
pemimpinnya.
Apatisme masyarakat pedesaan
terhadap stagnasi ekonomi desa
alias tidak tumbuh berkembang karena
pemimpin yang suka berterotika namun hasilnya nol dan hanya untuk kepentingan
pribadi belaka, sangatlah memprihatinkan, bukan hanya merugikan warga desanya
namun juga akses negatif gethuk tular masyarakat akan merambat dan mengular
hingga memberhentikan langkah perjalanan karir sang pemimpin desa tersebut.
Ibarat makanan yang terlalu banyak garam ,menyuguhkan asin berlebihan yang tak
layak di kecap.
Boleh ber-retorika asal harus
di aplikasikan dalam bentuk nyata, sebab dengan ber retorika, berarti pemimpin
tersebut sudah punya modal atau
memiliki konsep dalam membangun desa yang di pimpinnya. Tentunya Resep dan konsep yang tepat guna, dalam
menentukan arah pembangunan desa menuju masyarakat yang sejahtera dan mandiri.
(Wassalam).
0 komentar:
Posting Komentar