Rabu, 14 Januari 2015

Opini : Tantangan Baru Membangun Desa

Penulis  :













MUHAMMAD SU’UD

PEMRED BERITA DESA | WARTAWAN




TANTANGAN BARU MEMBANGUN DESA

Sebelum saya menulis lebih jauh tentang peran pemimpin desa dalam meningkatkakan pembangunan segala bidang,  serta membangun sebuah kelurahan atau pedesaan yang prospektif dengan judul  "Tantangan Baru Membangun Desa" ,  terlebih dahulu saya haturkan puji syukur kepada Allah SWT, karena dari sini penulis di beri kepercayaan mengelola media yang menjembatani informasi pemerintah daerah,  khususnya masyarakat desa.

Tak lupa dari hati yang paling dalam, saya selaku pemimpin redaksi dan wartawan ini mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada pemimpin desa dan calon pelanggan "Berita Desa" yang tidak segan - segan memberikan informasi baik itu berupa saran maupun kritikan yang bersifat membangun.

Yang membuat tergugah hati  adalah sebagian besar dari mereka sangat  responsif menerima kehadiran saya dalam menggali informasi tentang sebuah pembangunan pedesaan.  Artinya apa?  Artinya bahwa baik pemimpin desa maupun warga,  sangat berharap kehadiran media yang bisa menghadirkan informasi padat dengan penulisan yang obyektif sehingga media ini bukan hanya sebagai kontrol tetapi bagian dari peran aktif semua elemen warga dalam upaya membangun desa,   bukan hal yang mudah tentunya.  Namun demikian,  saya tidak menyerah sebagai warga desa saya justru merasa  tertantang untuk ikut melibatkan diri dalam upaya membangun  desa yang kondusif.

Pertama, pembanguan desa itu akan berjalan seperti yang kita harapkan bila yang dibangun itu melibatkan  peran aktif seluruh elemen masyarakat.

Kedua, pentingnya transparansi  penggunaan dana anggaran desa  sangat diperlukan karena apa ? Karena dengan keterbukaan masyarakat akan tahu dan tidak berburuk sangka terhadap struktur pemerintahan desa, sehingga nuansa "Guyub Rukun" tercipta  yang bertujuan  untuk  kerukunan dan kemakmuran  warganya.

ketiga, yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa pembangunan tidak hanya sekedar fisik saja,  tetapi pembangunan mental manusianya juga harus mulai diterapkan, penulis sangat setuju dengan pencanangan pemerintahan baru yang mengusung perbaikan mental bangsa  dengan cara  pembenahan  "Revolusi  Mental".

Katiga faktor tersebut menurut saya adalah kunci dari suksesnya pembangunan desa,
Pemegang kuncinya adalah pemimpin desa yang amanah dan memiliki integritas yang tidak di ragukan lagi. Tidak gampang memang, tapi tidak ada salahnya bila kunci itu dicoba untuk membuka pintu ke jalan kesejahteraan dan kemakmuran warga desa.

Kekuatan “Gethuk Tular” Di Era Global


'gethuk tular'  adalah sebuah Komunikasi yang memiliki efek luar biasa, lambat tapi pasti,  tentu saja dalam penulisan ini masih dalan konteks komunikasi di wilayah pedesaan, tidak lebih dari itu.Masih segar dalam ingatan saya, ketika perjalanan keluar kota, karena perut sudah lapar,saya ingin mampir ke depot yang ada di pinggiran jalan, namun saya di sarankan oleh Denny sahabat saya, agar makan di tempat yang pernah ia kunjungi sebelumnya.

Tidak lama kemudian kami sudah di lokasi tempat makan yang lebih cocok disebut warung. Tempatnya tidak representatif, untuk masuk ke tempat ini harus memasuki gang sempit yang hanya bisa dilewati pejalan kaki dan pengguna sepeda motor.


Di warung ini hanya tersedia kursi panjang terbuat dari kayu yang diletakkan didalam dan diluar warung, tidak ada tulisan atau apapun yang menandakakan bahwa disini adalah tempat rumah makan. Berbeda  dengan depot yang dipinggiran jalan tadi yang diatasnya terdapat  papan promosi besar bertuliskan "enak lezat murah" dan lain sebagainya. Setelah saya menikmati dengan lahap Rawon khas warung ini, rasanya memang luar biasa lezat, saya berfikir pantas orang rela antri menikmati makanan disini karena rasanya yang khas serta berbeda dengan yang lain. Yang lebih mencengangkan lagi ternyata berderet mobil parkir di mulut gang yang saya temui tadi pemilik kendaraan tersebut makannya di warung yang terpencil ini.


Lantas bagaimana dengan rumah makan yang letaknya strategis dengan promosi yang menarik orang melintas itu, apakah rasa yang di sajikan sama lezatnya dengan  yang di promosikan?Menurut saya, rasa yang disajikan bisa seperti yang di promosikan bias jadi tidak, bila memang kwalitas rasa sesuai dengan taste lidah pengunjungnya pastinya akan dengan cepat memiliki pelanggan yang banyak namun bila kualitas rasa tidak seperti yang di promosikan lambat laun restauran yang tempatnya bagus sekalipun akan ditinggal oleh para pengunjungnya, akhirnya restoran tersebut hanya mengandalkan pengunjung baru yang sebelumnya tidak pernah makan ditempat itu.


Dari cerita diatas dapat disimpulkan,  komunikasi verbal dari mulut kemulut  masih memegang peranan penting dalam upayanya mempengaruhi orang untuk mencoba sesuatu yang belum pernah ia tahu sebelumnya. Seperti Denny yang mempengaruhi saya mencoba makanan di warung terpencil tadi, bahkan saya selalu menceritakan keteman-teman bahwa ada makanan enak di desa arah kota Jombang.


 Akhirnya apa? Komunikasi tersebut menular seperti virus yang sedang mewabah (Gethuk tular)Dampak  gethuk tular ada dua pertama, lambat namun pasti berdampak positif. Contohnya warung yang terpencil itu lambat laun akan terkenal karena dengan rasa khasnnya.Kedua, berdampak negatif kalau kwalitas rasanya kurang lezat tak seperti yang di promosikan perlahan-lahan  pengunjung tidak akan balik lagi untuk kedua kalinya. bahkan dia akan menularkan "black champain" agar orang jangan beli disitu.


Pengalaman tentang "rasa" tersebut diatas bila saya analogikan dengan para pemimpin katakanlah pemimpin level desa, dari mulai camat, lurah, rt/rw, adalah sama yaitu ,Rasa yang akan di nikmati warga tersebut merupakan bukti nyata atas apa yang di retorika pemimpinnya. Karena di era global ini masyarakat sudah mulai cerdas dalam menilai kwalitas pemimpinnya.


Apatisme masyarakat pedesaan  terhadap stagnasi  ekonomi desa alias tidak  tumbuh berkembang karena pemimpin yang suka berterotika namun hasilnya nol dan hanya untuk kepentingan pribadi belaka, sangatlah memprihatinkan, bukan hanya merugikan warga desanya namun juga akses negatif gethuk tular masyarakat akan merambat dan mengular hingga memberhentikan langkah perjalanan karir sang pemimpin desa tersebut. Ibarat makanan yang terlalu banyak garam ,menyuguhkan asin berlebihan yang tak layak di kecap.


 Boleh ber-retorika asal harus di aplikasikan dalam bentuk nyata, sebab dengan ber retorika, berarti pemimpin tersebut  sudah punya modal  atau  memiliki konsep dalam membangun desa yang di pimpinnya. Tentunya   Resep dan konsep yang tepat guna, dalam menentukan arah pembangunan desa menuju masyarakat yang sejahtera dan mandiri. (Wassalam). 

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Recent Posts

Unordered List

Pages

Theme Support